Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak semua negara untuk melarang penggunaan rokok elektrik atau vape. Pihaknya meminta agar vape diperlakukan seperti rokok tembakau atau konvensional, lantaran sama-sama berisiko menimbulkan gangguan kesehatan khususnya pada remaja.
Sumber: Detik.com
Benarkah vape lebih berbahaya daripada rokok sehingga dilarang penggunaannya? Sedangkan rokok tetap bebas dijual di market baik itu tradisional maket maupun market modern.
Atau ini adalah perang bisnis antara rokok tradisional dengan rokok elektrik vape?
Daftar isiÂ
- Pendahuluan
- Konteks global tentang vape
- Pernyataan WHO tentang vape
- Sejarah dan Popularitas Vape (H2)
- Asal-usul vape
- Meningkatnya penggunaan vape
- Pernyataan WHO (H2)
- Isi pernyataan WHO
- Alasan WHO mendesak pelarangan vape
- Bahaya Vape Dibandingkan dengan Rokok (H2)
- Komponen kimia dalam vape
- Efek vape terhadap kesehatan
- Perbandingan dengan rokok tradisional
- Reaksi Internasional Terhadap Pernyataan WHO (H2)
- Respon dari berbagai negara
- Kebijakan saat ini tentang vape
- Pandangan Ahli (H2)
- Pendapat dari pakar kesehatan
- Studi dan penelitian terkait
- Dampak Sosial dan Ekonomi (H2)
- Dampak pada industri vape
- Dampak pada masyarakat
- Alternatif untuk Merokok (H2)
- Metode lain untuk berhenti merokok
- Efektivitas metode alternatif
- Kesimpulan (H2)
- Ringkasan argumen
- Saran untuk pembaca
Pendahuluan
Vape, atau rokok elektronik, telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan meningkatnya popularitasnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan pernyataan kontroversial yang mendesak semua negara untuk melarang penggunaan vape. Pernyataan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan perdebatan di seluruh dunia.
Vape di Indonesia sedang mengalami kenaikan trend yang membuat bisnis vape bertumbuh dengan baik sejak 1.5 tahun lalu.
Bisnis Vape juga sudah mengantongi izin resmi dari pemerintah dari tahun 2018.Â
Sejarah dan Popularitas Vape
Vape pertama kali diperkenalkan sebagai alternatif yang lebih sehat dari rokok tradisional. Sejak itu, penggunaannya telah melonjak secara dramatis, terutama di kalangan kaum muda. Namun, popularitas ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang efek kesehatan jangka panjang dari vape yang sampai saat ini belum bisa dipastikan efek tersebut.
Pernyataan WHO
WHO menyatakan bahwa vape menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan dan harus dilarang. Mereka mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa vape dapat menyebabkan ketergantungan dan merusak paru-paru. Alasan utama pelarangan ini adalah untuk melindungi generasi muda dari risiko kesehatan yang serius.
Bahaya Vape Dibandingkan dengan Rokok
Vape mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa vape dapat menyebabkan masalah pernapasan, kerusakan jantung, dan bahkan kanker. Meskipun sering dianggap lebih aman daripada rokok tradisional, bukti terbaru menunjukkan bahwa vape mungkin sama, jika tidak lebih, berbahaya.
Fakta Bahan Yang Terkandung pada Liquid Vape.
Yang berbahaya dari vape adalah liquidnya. Sebenarnya apa saja yang terkandung didalam liquid vape?
Berikut fakta bahan yang terkandung pada liquid vape:
1. Propylene glycol
adalah senyawa organik yang biasa digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti bahan tambahan makanan, kosmetik, farmasi, dan industri. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai agen pengemulsi, pengental, pelarut, dan penstabil.
2. Vegetable Glycerin
gliserin adalah alkohol gula yang diekstrak dari lemak hewan, tumbuhan, atau minyak bumi. Bentuknya berupa cairan bening. Sementara vegetable glycerin biasanya dibuat dari minyak kedelai, kelapa, atau minyak kelapa sawit. Cairan tersebut umumnya tidak berbau, kental seperti sirup, dan agak manis jika dicicipi.
3. Flavor (aroma)
Dalam kimia, suatu senyawa yang disebut dengan senyawa perasa (flavor) merupakan senyawa yang berperan sangat penting pada aroma suatu makanan. Flavor merupakan persepsi yang dihasilkan dari beberapa komponen yang merupakan gabungan dari rasa dan bau. Flavor juga didefinisikan sebagai semua sensasi yang dihasilkan oleh atribut rasa, tekstur, dan aroma di dalam mulut.
4. Sweet Flavor
Flavor rasa manis
5. Cooling Flavor
Flavor pendingin seperti mint.
Pernyataan WHO
Pernyataan WHO telah memicu reaksi yang beragam dari berbagai negara. Beberapa negara telah mengambil langkah untuk membatasi atau melarang penjualan vape, sementara yang lain masih meninjau kebijakan mereka.
Pandangan Ahli
Ahli kesehatan umumnya mendukung pernyataan WHO. Mereka mengutip studi yang mengkonfirmasi risiko kesehatan dari vape dan menyerukan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi masyarakat.
Namun hal yang pasti dan sudah terjadi saat ini adalah dimana Playstore dan Google serta Meta melarang mempromosikan Vape dan produk rokok lainnya.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Larangan vape bisa memiliki dampak signifikan terhadap industri vape, yang bernilai miliaran dolar juga pendapatan negara (pajak dan cukai). Ini juga dapat mempengaruhi masyarakat, terutama mereka yang telah menggunakan vape sebagai alat untuk berhenti merokok.
Alternatif untuk Merokok
Meskipun vape sering dipromosikan sebagai alat untuk berhenti merokok, ada metode lain yang lebih aman dan efektif. Ini termasuk terapi penggantian nikotin dan konseling.
Dan saran dari penulis yang telah berhasil berhenti merokok: ambil keputusan untuk berhenti dan komitmen terhadap keputusan tersebut.
Kesimpulan
Pernyataan WHO tentang larangan vape menyoroti kekhawatiran serius tentang risiko kesehatan yang terkait dengan produk ini. Meskipun ada kontroversi, bukti menunjukkan bahwa langkah-langkah perlindungan kesehatan masyarakat mungkin diperlukan untuk melindungi generasi muda. Namun tentunya hal ini tidak hanya berlaku untuk vape tetapi semua jenis rokok tembakau dan nikotin lainnya.Â
Dan kenyataan pada lapangan adalah biarpun sudah tertera peringatan akan bahaya merokok pada bungkus rokok, tetap saja orang membelinya.Â
Jadi kesimpulan akhir adalah semuanya tersedia didunia ini, dan kita diberi kebebasan untuk memilih, oleh karena itu selalulah memilih dengan bijak.